Sangat disayangkan hotel mewah bintang5 Le Grandeur, Mangga2, Jkt, melarang Bajaj msk di lobby dpn hotel.
Kami sbg tamu merasa tersinggung &
sgt tdk nyaman diperlakuan dg kasar, tanpa ada rasa hormat baik kpd
kami sbg tamu maupun kpd Bapak Bajaj yg sdh lanjut usia. Pihak hotel sgt
tdk menghargai kami dg cara mengusir dg tdk sopan & sangat kasar.
Kejadian bermula dari keinginan anak kami untuk naik bajaj, krn di
Semarang tdk ada bajaj. Maka kami berinisiatif untuk mencari bajaj untuk
anak kami pergi jalan2 keliling sekitar hotel naik bajaj.
Kami
memesan Bajaj & langsung kami bayar lunas agar bapak Bajaj senang
mengantar kami & anak-anak keliling sekitar hotel.
Ternyata bapak Bajaj tsb senang dg tips yg kami kasih, maka Bapak Bajaj mengantar kami keliling mangga2
Ternyata bapak Bajaj tsb senang dg tips yg kami kasih, maka Bapak Bajaj mengantar kami keliling mangga2
Stlh smp dpn hotel, bpk Bajak tdk berani masuk lobby, kami minta bapak bajaj msk & antar kami smp msk dpn lobby hotel.
Karena berencana mau ajak anak-anak berfoto didepan bajaj.
Tapi siapa sangka, saat didepan lobby justru kami diusir oleh pegawai
hotel Le Grandeur. Tanpa basa-basi, tanpa permintaan maaf &
penjelasan yg baik pegawai Hotel Le Grandeur tanpa mempedulikan kami
sbg tamu hotel. Pegawai tersebut terus menyuruh Bajaj pergi dari lobby.
Adapun didpn hotel tidak ada tanda larangan bg Bajaj untuk masuk Lobby
Hotel.
Sangat ironis sekali bhw Pemprov DKI melestarikan Bajaj
sbg aset daerah & mjd maskot / sbg ciri khas kota jakarta. Namun
oleh Hotel Le Grandeur, Jakarta sgt tidak dihormati keberadaannya.
Padahal dalam Bajaj ada tamu hotel, seharusnya pihak hotel
mempertimbangkan kembali peraturannya, karena ini menyangkut budaya seni
Jakarta. Anak saya tidak akan minta naik bajaj jika bajaj itu ada di
kota Semarang. Namun karena Bajaj adalah seni atau ciri khas kota
Jakarta maka kami naik Bajaj bukan karena mau pergi ke suatu tempat,
tapi kami naik Bajaj karena ingin merasakan nikmatnya naik kendaraan
khas kota Jakarta tersebut.
Kami dtg ke Jakarta krn tujuan wisata
bukan bisnis, shg Jakarta sudah seharusnya memikirkan wisata, termasuk
Bajaj sbg sebuah daya tarik wisata selain Ancol, Monas, dll.
Perlu dipertimbagan kembali oleh pihak Hotel Le Grandeur melarang Bajaj
masuk lobby, karena perijinan Hotel ada dibawah Dinas Pariwisata,
sehingga pihak hotel harus tau mana yg berhubungan dg wisata, mana yang
sekedar bisnis semata.
Ini kekecewaan kami thd Hotel Le Grandeur
kami angkat agar dpt mjd kritikan bagi Pihak Managemen Hotel Le Grandeur
& jd masukan jg bg Pemprov DKI untuk memperlakukan Bajaj bukan sbg
kendaraan umum biasa tapi sbg ciri khas kota Jakarta dg tujuan wisata.
Maka bersama ini sy meluapkan kekesalan sy & kekecewaan dg
mengupload Video, yg sebenarnya dibuat untuk mjd dokumen kenangan manis
bg anak2 sy pernah naik bajaj di jakarta pd hari Selasa, 27 Juni 2017,
tapi mjd video kepahitan kami thd hotel Le Grandeur, jakarta. Dan
nyatanya kami tdk jd berfoto depan bajaj gara2 Pihak Hotel yg dg sgt
arogan & semena2 mengusir kami yg adl tamu hotel.
Terima
kasih Bapak Bajaj yg telah mengantar kami keliling Mangga Dua, diluar
permintaan sy yg cukup mutar depan hotel saja. maaf telah merepotkan
bapak ikut dlm keributan kecil, pdhl bapak barusan sholat di Masjid.
Buat pegawai & pihak managemen Hotel Le Grandeur, anda harus
belajar memperlakukan tamu dg baik, tidak arogan & tidak berlaku
kasar thd orang lain.
Bantu Share ya, Semoga tulisan ini dpt
dibaca sampai Gubernur Djarot & Gubernur akan datang Anies &
Sandiga Uno, Kapolda DKI Jakarta, DLLAJR, Dinas Pariwisata dan Managemen
Hotel Le Grandeur.
Dikirim oleh Jericho Prasetyo pada 28 Juni 2017
Hotel Le Grandeur, Mangga Dua
Jakarta.
Jericho Prasetyo
EmoticonEmoticon